Senin, 28 November 2011

Reaksi Keasaman Tanah ( PH )

REAKSI TANAH (pH)

Pada umumnya reaksi tanah baik tanah gambut maupun tanah mineral menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion‑ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya sebanding dengan banyaknya H+. Pada tanah‑tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-. Sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH 7.
Bila tanah terlalu asam atau terlalu basa maka tanaman akan tumbuh kurang sempurna sekalipun masih bisa tumbuh dan menghasilkan buah. Memang ada beberapa tanaman tertentu yang senang di tanah asam ataupun basa. Ketersediaan unsur hara makro di dalam tanah ini sedikit sedangkan hara mikro seperti Besi dan Aluminium tinggi. Hal ini mengakibatkan tanaman kekurangan hara dan keracunan.
Salah satu upaya yang ditempuh dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki lahan masam adalah dengan menurunkan keasaman dan meningkatkan kejenuhan basa yang diperoleh dengan pemberian kapur serta pemupukan. Dengan adanya peningkatan kejenuhan basa, maka pH tanah naik dan unsur hara relatif lebih mudah tersedia.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengatahui lebih jauh mengenai pengertian reaksi tanah, faktor yang mempengaruhi kemasaman, sifat kemasaman tanah, menentukan kemasaman tanah dan pengapuran.

Pengertian Reaksi Tanah
 
Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan reaksi asam atau basa dalam tanah. Sejumlah proses dalam tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah dan biokimia tanah yang berlansung spesifik. Pengaruh lansung terhadap laju dekomposisi mineral tanah dan bahan organik, pembentukan mineral lempung bahkan pertumbuhan tanaman. Pengaruh tidak lansungnya terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman. sebagai contoh perubahan konsentrasi fosfat dengan perubahan pH tanah. Konsentrasi ion H+ yang tinggi bisa meracun bagi tanaman.
Secara teoritis, angka pH berkisar antara 1 sampai 14. Angka satu berarti kepekatan ion hidrogen di dalam tanah ada 10 ‑ 1 atau 1/10 gmol/l. Tanah pada kepekatan ini sangat asam. Sementara angka 14 berarti kepekatan ion hidrogennya 10‑14 gmol/l. Tanah pada angka kepekatan ini sangat basa.
Tanah‑tanah yang ada di Indonesia sangat bervariasi tingkat keasamannya. Ada tanah yang masam seperti Podsolik Merah Kuning, dan latosol Tanah yang alkalis seperti Mediteran Merah Kuning dan Grumosol. Bagi tanah - ­tanah yang bereaksi masam, seringkali tidak atau kurang sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu pada tanah‑tanah demikian sering dilakukankan pengapuran (liming). bahan- bahan yang digunakan untuk menaikkan pH tanah yang bereaksi masam menjadi mendekati netral dengan harga pH sekitar 6,5.

Faktor Yang Mempengaruhi Kemasaman
 
Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di dalarn tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion hidrogen terIalu rendah maka tanah akan bereaksi basa. Pada kondisi ini kadar kation OH‑ lebih tinggi dari ion H+.
Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi. Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai kcjenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida dengan cara sebagai berikut :
Al3+ + 3H2O ----- Al(OH)2+ + H+
Al3+ + OH- ----- Al(OH)2+
dengan demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah.
Di daerah rawa‑tawa, tanah masam umumnya disebabkan oleh kandungan asam sulfat yang tinggi. Di daerah ini sering ditemukan tanah sulfat masam karena mengandung, lapisan cat clay yang menjadi sangat masarn bila rawa dikeringkan akibat sulfida menjadi sulfat.
Kebanyakan partikel lempung berinteraksi dengan ion H+. Lempung jenuh hidrogen mengalami dekomposisi spontan. Ion hidrogen menerobos lapisan oktahedral dan menggantikan atom Al. Aluminium yang dilepaskan kemudian dijerap oleh kompleks lempung dan suatu kompleks lempung-Al‑H terbentuk dengan cepat ion. Al3+ dapat terhidrolisis dan menghasilkan ion H+:
H

lempung - Al3+ + 3H2O ---- Al(OH)3 + H-- lempung - = H+
H

Reaksi tersebut menyumbang pada peningkatan konsentrasi ion H+ dalam tanah.
Sumber keasaman atau yang berperan dalam menentukan keasaman pada tanah gambut adalah pirit (senyawa sulfur) dan asam‑asam organik. Tingkat keasaman gambut mempunyai kisaran yang sangat lebar. Keasaman tanah gambut cendrung semakin tinggi jika gambut semakin tebal. Asam‑asam organik yang tanah gambut terdiri dari atas asam humat, asam fulvat, dan asam humin. Pengaruh pirit yaitu pada oksida pirit yang akan menimbulkan keasaman tanah hingga mencapai pH 2 ‑ 3. Pada keadaan ini hampir tidak ada tanaman budidaya yang dapat tumbuh baik. Selain menjadi penghambat pertumbuhan tanaman, pirit menyebabkan terjadinya karatan (corrosion) sehingga mempercepat kerusakan alat‑alat pertanian yang terbuat dari logam.

Sifat Kemasaman Tanah
 
Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah, yakni kernasaman (reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah inilah yang diukur pada pemakaiannya sehari‑hari. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalam larutan.
Sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang asam atau basa. Asam‑asam organik dan anorganik, yang dihasilkan oleh penguraian bahan organik tanah , merupakan konstituen tanah yang umum dapat mempengaruhi kemasaman tanah. Respirasi akar tanaman menghasilkan C02 yang akan membentuk H2CO3 dalam air. Air merupakan sumber lain dari sejumlah kecil ion H+. Suatu bagian yang besar dari ion‑ion H+ yang dapat dipertukarkan

Ion‑ion H+ tertukarkan tersebut berdisosiasi menjadi ion‑ion H+ bebas. Dcrajat ionisasi dan disosiasi ke dalam larutan tanah menentukan khuluk kemasaman tanah. Ion‑ion H+ yang dapat dipertukarkan merupakan penyebab terbentuknya kemasaman tanah potensial atau cadangan. Besaran dari kemasaman potensial ini dapat ditentukan dengan titrasi tanah. Ion‑ion H+ bebas menciptakan kemasaman aktif. Kemasaman aktif diukur dan dinyatakan sebagai pH tanah. Tipe kemasaman inilah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Menentukan Kemasaman Tanah
Ada beberapa alat ukur reaksi tanah yang dapat digunakan. Alat yang murah ialah kertas lakmus yang bentuknya berupa gulungan kertas kecil memanjang. Alat lain yang harganya sedikit mahal tetapi dapat dipakai berulang kali dengan hasil pengukuran lebih terjamin adalah pH tester dan soil tester.
Pemakaian kertas lakmus sangat mudah, caranya yaitu : mengambil tanah lapisan dalam, lalu larutkan dengan air murni (aquadest) dalam wadah. Biarkan tanahnya terendam di dasar wadah sehingga airnya menjadi bening kembali. Setelah bening, air tersebut dipindahkan ke wadah lain secara hati‑hati agar tidak keruh. Selanjutnya, ambil sedikit kertas lakmus dan celupkan ka dalam air tersebut. Dalam beberapa saat kertas lakmus akan berubah warna. Cocokan warna pada kertas lakmus dengan skala yang ada pada kemasan kertas lakmus. Skala tersebut telah dilengkapi dengan angka pH masing‑masing Warna. Angka pH tanah tersebut adalah angka dari warna pada kemasan yang cocok dengan warna kertas lakmus Misalnya, angka yang cocok adalah 6 maka pH‑nya 6.
Pemakaian soil tester untuk mendapat pH tanah agak berbeda dengan kertas lakmus. Bentuknya seperti pahat dan berukuran pendek. Oleh karena berbentuk padatan, ada bagian yang runcing. Bagian runcing inilah yang ditancapkan ke tanah hingga pada batas yang dianjurkan. Setelah ditancapkan, sekitar tiga menit kernudian jarum skala yang terletak di bagian atas alat ini akan bergerak. Angka yang ditunjukkan jarum tersebut merupakan pH dari tanah tersebut.
Pemakaian pH tester lebih sederhana dan soil tester penggunaannya untuk megukur nilai pH tanah di lahan yang tidak terlalu luas, sekitar 1‑2 ha. Walaupun demikian, alat ini masih bisa diandalkan. Bagian yang menunjukkan angka pH berbentuk kotak dengan jarum penunjuk angka. Bagian kotak tersebut dihubungkan dengan besi sepanjang 25 cm yang ujungnya runcing dan dilapisi logam elektroda. Besi inilah vang ditancapkan ke tanah. Jumlah besi bisa 1‑2 buah.
Penetapan pH tanah sekarang ini dilakukan dengan elektroda kaca. Elektroda ini terdiri dari suatu bola kaca tipis yang berisi HCL. encer, dan di dalamnya disisipkan kawat Ag‑AgCl, yang berfungsi sebagai elektrodanya dengan tegangan (voltase) tetap. Pada waktu bola kaca tersebut itu dicelupkan ke dalam suatu larutan, timbul suatu perbedaan antara larutan di dalam bola dan larutan tanah di luar bola kaca. Sebelum pengukuran pH dilakukan, kedua elektroda pertama‑tama harus dimasukkan ke dalam suatu larutan yang diketahui pH‑nya (misalnya konsentrasi ion H+ = 1 g/L). Kegiatan ini disebut pembakuan elektroda dan petunjuk pH (pH meter).
Dalam pengukuran pH, elektroda acuan dan elektroda indikator dicelupkan ke dalam suspensi tanah yang heterogen yang terdiri atas partikel‑partikel padat terdispersi dalam suatu larutan aquadest. Jika partikel‑partikel padat dibiarkan mengendap, pH dapat diukur dalam cairan supernatant atau dalam endapan (sedimen). Penempatan pasangan elektroda dalam supernatant biasanya memberikan bacaan pH yang lebih tinggi dari pada penempatan dalam sedimen. Perbedaan dalam bacaan pH ini disebut pengaruh suspensi. Pengadukan suspensi tanah sebelum pengukuran tidak akan memecahkan masalah tersebut, karena prosedur ini memberikan bacaan yang tidak stabil.


Pengapuran
 
Kapur merupakan salah satu bahan mineral yang dihasilkan melalui proses pelapukan dan pelarutan dari batu‑batuan yang terdapat dari dalam tanah. Mineral utama penyusun kapur adalah kalsit dan dolomit yang tergolong dalam mineral sekunder. Kapur menurut susunan kimia adalah CaO, tetapi istilah kapur adalah senyawa bentuk karbonat kapur dengan CaCO3 dan MgCO3 sebagai komponen utarna. Bentuk oksidanya yaitu CaO, dapat dihasilkan dengan memanaskan kalsium karbonat dan menghilangkan karbondioksidanya. Bentuk hidroksidanya dapat terbentuk dengan membasahi atau menambahkan air pada bentuk oksidanya.
Tanah masam umumnya tidak produktif. Untuk meningkatkan produktifitas tanah tersebut, pemberian kapur adalah cara yang tepat. Beberapa keuntungan dari pengapuran adalah : 1) fosfat menjadi lebih tersedia, 2) kalium menjadi lebih efisien dalam unsur hara tanaman, 3) struktur tanahnya menjadi baik dan kehidupan organisme dalam tanah lebih giat, 4) menambah Ca dan Mg bila yang digunakan adalah dolomin, dan 5) kelarutan zat‑zat yang sifatnya meracun tanaman menjadi menurun dan unsur lain tidak banyak terbuang.
Selain tanah‑tanah yang bereaksi masam, terdapat pula tanah yang, bereaksi alkalis (basa) dengan derajat pH lebih dari 8.0. Tanah‑tanah demikian perlu diturunkan pH nya sampai mendekati netral agar permanfaatannya untuk berusaha tani lebih baik. Usaha untuk menurunkan pH pada tanah yang reaksinya alkalis dapat dilakukan dengan memberikan beberapa bahan, yaitu tepung belerang (S).
Cara pengapuran dengan bahan pengapur untuk menaikkan pH tanah yang paling umum pada tanah‑tanah pertanian yang menghendaki perbaikan derajat keasamannya adalah dengan cara disebar dan disemprotkan.
Pada cara disebar, sebulan sebelum penanaman dilaksanakan, kapur bakar atau kapur mati diberikan dengan jalan disebar merata di permukaan tanah. Pada pengolahan tanah terakhir (menghaluskan dan meratakan), kapur diaduk dengan tanah agar butir‑butir kapur masuk ke dalam lapisan tanah. Bila yang digunakan tepung batu kapur (kapur pertanian) hendaknya diberikan jauh lebih awal daripada kapur bakar maupun kapur mati. Cara pemberian dengan disebar biasa dilaksanakan pada penanaman kedelai, dengan menggunakan dosis 2 ‑ 4 ton kapur mati per hektar.
Pengapuran dengan cara disemprotkan biasa dilakukan pada tanaman kacang tanah. Pada tanaman ini pengapuran merupakan suatu pekerjaan yang baik untuk menyediakan unsur Ca bagi tanarnan kacang tanah. Hal ini disebabkan karena kebutuhan Ca pada kacang tanah adalah besar terutama untuk pembentukan polong.
Cara pemberian tepung belerang adalah pada saat pengolahan tanah tepung belerang ditaburkan di atas permukaan tanah. Pada pengolahan selanjutnya tepung belerang akan diaduk atau teraduk ke dalam lapisan tanah. Sedangkan cara pernberian gypsum adalah tepung gypsum halus ditebarkan pada permukaan tanah kemudian diaduk dengan tanah. Jumlah gypsum yang dibutuhkan untuk menurunkan pH dari derajat basa sampai mendekati netral adalah 6 ton per hektar, tergantung, pada alkalinitas asal dan jenis tanahnya. Setelah pemberian tepung gypsum dilaksanakan, lahan harus dialiri dengan air tawar.
Bila ada kelebihan pemberian kapur, yaitu penambahan kapur melebihi pH tanah yang diperlukan oleh pertumbuhan optimum tanaman, biasanya tanaman akan memberikan tanggapan terhadap pengapuran akan sangat menderita, terutama pada tahun pertama pemberian kapur. Pemberian kapur dalam jumlah sedang pada tanah berat tidak akan memberikan pengaruh buruk. Tetapi, pada tanah berpasir atau berdebu dan bahan organik rendah jumlah pemberian kapur yang sama menyebabkan banyak tanaman menderita. Pengaruh buruk yang dapat terjadi adalah : 1 ) kekurangan besi, mangan, tembaga dan seng, 2) Ketersediaan fosfor mungkin menurun karena pembentukan senyawa kompleks dan tidak larut, 3) Serapan fostor dan penggunaannya dalarn metabolisme tanaman dapat terganggu, 4) serapan boron dan penggunaannya dapat terganggu dan 5) perubahan pH yang meningkat cepat dapat berpengaruh buruk. Dengan begitu kerusakan akibat kelebihan kapur sukar diterangkan secara memuaskan, karena adanya hubungan biokoloidal yang kompleks dalam tanah.
Untuk menentukan banyaknya kapur yang diperlukan untuk tiap-tiap hektar tanah diperlukan beberapa cara antara kain, yaitu :
1) Metode SMP (Schoemaker, McLean, dan Pratt). Metode ini dilanjutkan dengan mengukur jumlah H+ dan Al3+ yang dapat dipertukarkan dan larut dengan menggunakan larutan SMP buffer. Prosedurnya yaitu terlebih dahulu mengocok tanah dengan air destilat kemudian diukur pH-nya. Dengan kertas lakmus atau pH meter. Bila tanah tersebut tergolong masam, maka pengukuran dilanjutkan dengan menambah larutan SMP buffer lalu dikocok. Kemudian diukur lagi pH-nya. Berdasarkan metode ini maka kebutuhan kapur dapat diketahui melalui tabl kebutuhan kapur.
2) Metode berdasarkan kadar Al-dd tanah permukaan, yaitu kadar Al-dd yang diekstrak dengan larutan KCl 1 N.

Kesimpulan
 
Reaksi tanah menunjukkan keasaman dan kebasaan tanah dan dinyatakan sebagai pH. Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen yang beredar di dalam tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen (H+ ) di dalam tanah tinggi maka tanah disebut asam Sebaliknya, bila kepekatan ion hidrogen terlalu rendah maka tanali disebut basa. Pada kondisi ini kadar kation OH‑ lebih tinggi dari H+.
Reaksi tanah dibedakan menjadi kemasaman (reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalarn larutan.
Tanah masam karena kandungan H+ yang tinggi dan banyak ion AL3+ yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Di daerah rawa‑rawa atau tanah gambut, tanah masam umumnya disebabkan oleh kandungan asam sulfat yang tinggi.
Pengapuran merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tanah yang bereaksi asam atau basa. Tujuan dari pengapuran adalah untuk menaikkan pH tanah sehingga karenanya unsur‑unsur hara menjadi lebih tersedia, memperbaiki struktur tanahnya sehingga kehidupan organisme dalam tanah lebih giat, dan menurunkan kelarutan zat‑zat yang sifatnya meracuni tanaman dan unsur lain tidak banyak terbuang.


Menganalisis PH ( Keasaman ) Tanah


LAPORAN PRAKTIKUM
Menganalisis PH (keasaman) tanah

Praktikum ke               : 3                   
Shift                             :D1
Tanggal/jam                  : 25-10-2011/08.00-10.00
Tujuan                           : Mengetahui PH (keasaman) tanah


BAB I
LANDASAN TEORI

Keasaman dalam larutan itu dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+], atau sebgai pH yang artinya –log [H+]. Dengan kata lain pH merupakan ukuran kekuatan suatu asam. pH suatu larutan dapat ditera dengan beberapa cara antara lain dengan jalan menitrasi lerutan dengan asam dengan indikator atau yang lebih teliti lagi dengan pH meter. pH berkisar antara 10-1 sampai 10-12 mol/liter. Makin tinggi konsentrasi ion H, makin rendah –log [H+] atau pH tanah, dan makin asam reaksi tanah. Pada umumnya, keasaman tanah dibedakan atas asam, netral, dan basa. Ion H+ dihasilkan oleh kelompok organik yang dibedakan atas kelompok karboksil dan kelompok fenol. Tipe keasaman aktif atau keasaman actual disebabkan oleh adanya Ion H+ dalam larutan tanah. Keasaman ini diukur menggunakan suspensi tanah-air dengan nisbah 1 : 1; 1 : 2,5; dan 1 : 5. Keasaman ini ditulis dengan pH (H2O). Tipe keasaman potensial atau keasaman tertukarkan dihasilkan oleh ion H+ dan Al3+ tertukarkan yang diabsorbsi oleh koloid tanah. Potensial keasaman diukur dengan menggunakan larutan tanah-elektrolit, pada umumnya KCl atau CaCl2. Karena ion H dan Al yang diabsorbsi koloid tanah dalam keadaan seimbang (equilibrium) dengan ion H+ dalam larutan tanah maka terdapat hubungan yang dekat antara kejenuhan (H+Al) dan pH, demikian juga dengan persentase kejenuhan basa pada pH. Tanah yang ekstrem asam dengan (H+Al) mendekati 100% kurang lebih mempunyai pH sama dengan asetat pH 3,5 Keasaman (pH) tanah diukur dengan nisbah tanah : air 1 : 2,5 (10 g tanah dilarutkan dengan 25 ml air) dan ditulis dengan pH2,5(H2O). Di beberapa laboratorium, pengukuran pH tanah dilakukan dengan perbandingan tanah dan air 1 : 1 atau 1 : 5. Pengukuran pada nisbah ini agak berbeda dengan pengukuran pH2,5 karena pengaruh pengenceran terhadap konsentrasi ion H.
 
Derajat Keasaman Tanah (pH meter)
Sifat keasaman dan kebasaan tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. (Menurut Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985) pH tanah adalah suatu ukuran aktivitas ion hydrogen dalam larutan air tanah dan dipakai sebagai ukuran keasaman tanah. Sebetulnya keasaman dan kebasaan tanah merupakan pencerminan kadar, baik ion H+ maupun ion OH-.
Kadar ion H+ biasanya dinyatakan dalam besaran pH, yaitu -log [H+], yang kadar H+ dinyatakan dalam satuan g per liter. Didalam tanah selain ion H+ ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah – tanah yang asam, jumlah ion H+ lebih tinggi dari pada jumlah ion OH-.  Sedangkan pada tanah alkalis, kandungan OH- lebih banyak dibandingkan ion H+.  Bila kandungan OH- sama dengan H+ maka tanah bereaksi netral, yaitu mempunyai pH = 7Nilai pH berkisar dari 0 – 14.  pH = 7 disebut netral sedang pH < 7 disebut asam, dan pH > 7 disebut alkalis. Besaran nilai pH tersebut didasarkan atas besarnya konstanta disosiasi air murni, yaitu:

HOH                  H+ + OH-
H+ + OH- = 1.10-14 = konstan

Penentuan nilai pH dapat dikerjakan secara elektrometrik dan kalorimetrik. Baik dilaboratorium maupun dilapangan. Elektrometrik reaksi tanah ditentukan antara lain dengan pH meter, sedangkan kalorimetrik dapat dikerjakan dengan kertas pH dan larutan pH universal. Biasanya nilai pH yang lebih besar dari 7 menunjukkan adanya karbonat – karbonat Ca atau Mg yang bebas, tanah yang mempunyai lebih tinggi dari 8,5 hampir selalu mengundang sejumlah Na yang dapat ditukarkan.
PH tanah umumnya berkisar dari 3,0 – 9,0. Di Indonesia umumnya tanah bereaksi asam dengan pH 6,0 – 6,5 sering dikatakan cukup netral, meskipun masih agak asam. Tanah permukaan dikawasan kering dicirikan oleh pH 7,0 sampai 9,0. Disini sebagian basa ada yang membentuk garam yang mengendap berupa CaCO3, Na2CO3 dan NaCl. Garam – garam ini menjadi cadangan kation basa yang dapat mempertahankan kejenuhan basa tinggi pada kompleks jerapan.
Keasaman atau kebasaan tanah bersumber dari sejumlah senyawa. Air adalah sumber kecil ion H karena disosiasi molekul H2O lemah. Sumber – sumber besar adalah asam – asam organic dan anorganik. Proses yang menghasilkan ion H+ adalah respirasi akar dan jasad penghuni tanah, perombakan bahan organic, pelarutan CO2 udara dalam lengas tanah, hidrolisis Al, nitrifikasi, oksidasi N2, oksidasi S, dan pelarutan, serta penguraian pupuk kimia. Sedangkan sumber – sumber kebasaan adalah  garam – garam basa, amonifikasi, dan hasil batuan basa, ultrabasa. Pada umumnya unsure hara mudah diserap tanaman pada pH sekitar 7 atau pH netral. Karena pada pH tersebut kebanyakan unsure hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat atau difiksasi oleh unsure Al. Sedangkan pada tanah alkalis unsure P juga tidak dapat diserap tanaman karena difiksasi oleh Ca.
Mengetahui PH tanah sangat penting dan akan sangat membantu, Menurut Hardjawigeno, 1995 pentingnya mengetahui pH adalah :
1.    Menentukan mudah tidaknya unsure-unsur hara diserap tanaman.
2.    Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun.
ü  Pada reaksi tanah asam, unsur-unsur juga menjadi mudah larut, sehingga ditemukan unsure mikro dalam jumlah yang banyak. Sedangkan kebutuhan tanaman akan unsure mikro sangatlah sedikit.
ü Pada tanah-tanah rawa, pH yang terlalu rendah (sangat asam) menunjukkan kandungan sulfat yang tinggi, yang juga merupakan racun bagi tanaman.
ü  Tanah yang terlalu basa juga sering mengandung banyak garam-garam yang terlalau tinggi, yang juga dapat menjadi racun bagi tanaman.
ü  Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme
Bakteri berkembang baik pada pH 5,5 atau lebih, sedangkan pada pH kurang dari 5,5 perkembangannya sangat terhambat.
Untuk mengubah pH tanah dapat dilakukan dengan cara :
1 .Tanah yang terlalu asam dapat dinaikkan pHnya dengan menambah unsur kapur didalamnya.
2. Tanah yang terlalu basa dapat diturunkan pHnya dengan menambahkan unsur belerang kedalamnya.
BAB II
Alat dan Bahan


1.      Timbangan
2.      Mesin pengocok (shaker)
3.      Tisu
4.      Air suling
5.      Larutan pH4 dan pH7
6.      Ph meter
7.      Botol kocok

CARA KERJA 

1.      Menimbang 10 gram tanah yang telah di ayak
2.      Memasukan kedalam botol kocok
3.      Menambahkan air suling 10 ml (untuk pH H2O)
4.      Memberi label pada tabung film
5.      Mengocok dengan mesin pengocok (shaker) selama 30 menit
6.      Mendiamkan + 10 menit
7.      Mengukur pH tanah dengan pH meter yang sudah distandarisasikan dengan larutan standar Ph4 dan Ph7
8.      Setelah 1 sampel , bilas elektroda dengan air suling dan mengeringkan dengan tisu, kemudian melanjutkan dengan sampel tanah berikutnya
9.      Melakukan hal yang sama untuk Ph KCL.

BAB III
Hasil dan Pembahasan
a.      Hasil

KELOMPOK
LARUTAN H2O
LARUTAN KCL
1
5,72
4,06
2
5,76
4,07
3
4,16
4,05
4
5,16
4,24
Rata-rata
19,88/4 = 4,97
16,42/4 = 4,10

pH H2O = 5,72+5,76+4,16+5,16 = 19,88
pH KCL = 4,06 + 4,07 + 4,05+ 4,24 = 16,42

b.     Pembahasan

Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa tanah mempunyai tingkat keasaman yang berbeda-beda,dapat dilihat pada tabel di atas dimana pada
·         pH tanah pada larutan H2O mencapai tingkat keasaman mulai dari 5,72 ;5,76 ;4,16dan 5,16 tingkat rata-rata keasaman tanah pada larutan H2O adalah 4,97
·         Tingkat keasaman tanah pada larutan KCL mulai dari 4.06 ;4,07 ;4,05 ;4,24. Tingkat rata-rata keasaman tanah pada larutan KCL adalah 4,105
Apabila tanah mengadung PH tanah lebih dari 7 di sebut Basa dan sebaliknya jika kurang dari 7 di sebut tanah mengadung masam. Hasil dari praktikum setiap kelompok berbeda-beda tergantung jenis tanah tersebut.


KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Setiap tanah memiliki pH yang berbeda.
2.      Dari praktikum ini didapat rata-rata dari masing-masing tingkat keasamannya yaitu pada tingkat pH tanah dalam larutan H2O mencapai 4,97  dan pada larutan KCL 4,105
3.      PH tanah dapat dibagi menjadi 3 yaitu PH tanah kurang 7 maka unsur tersebut
4.      mengadung Masam dan sebaliknya lebih dari 7 disebut Basa.




DAFTAR PUSTAKA



Hardjowigeno.Sarwo.2010.ilmu Tanah.jakarta:Akapres
LaporanPraktikumpertanian. Blogspot. Com tgl 15 Oktober 2011

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah


LAPORAN PRAKTIKUM
Penetapan AL-dd dan H-dd


Praktikum ke               : 4 (Empat)                 
Shift                             :D1
Tanggal/jam               :2-10-2011/08.00-10.00
Tujuan                         :Mengetahui Al-dd dan H-dd tanah
                       
BAB I
Landasan Teori
Penetapan Al-dd dapat dilakukan melalui uji tanah. Tanah yang  mengandung ion-ion (-) sehingga kation yang dapat dipertukarkan hanyalah kation yang menempel pada tanah diantaranya Ca+,Mg,K,Na, dll. Penetapan Al-dd jugan dapat dilakukan dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N,HCl 0,1 N, dan 10 ml NaF. Tanah yang mengandung mineral liat smektit mempunyai prospek yang cukup besar untuk diolah menjadi lahan pertanian tanaman pangan jika dibarengi dengan pengelolaan tanaman dan tanah yang tepat. Tanah yang mengandung mineral liat smektit umumnya terdapat pada order Vertisol dan order lain bersubgrup vertik.(Nursyamsi.dkk, 2008). Tanah-tanah vertik mempunyai sifat irreversible terhadap pengeringan namun intensitasnya rendah.
Pengeringan contoh tanah juga menurunkan nilai pH H2O, pH KCL, H-dd, EA, Ca-dd, Mg-dd, Na-dd, jumlah basa, dan KB, serta meningkatkan nilai Al-dd, K-dd, KTK tanah, dan C-organik. Pengaruh perlakuan sangat nyata terhadap perubahan nilai pH, H-dd, Al-dd, EA, Ca-dd, Mg-dd, K-dd, jumlah basa, dan KB, tetapi tidak nyata terhadap nilai Na-dd, KTK tanah,dan organic. Sifat irreversible dicerminkan oleh sebagian besar sifat kimia kecuali pH, Al-dd, K-dd, C-organik, dan KTK tanah. Rata-rata nilai perubahan sifat tanah vertik yang disebabkan pengeringan contoh tanah umumnya kecil dari segi Ilmu Tanah, kecuali Mg dan Na. Hasil klasifikasi tanah vertik menurut Sistem Taksonomi Tanah tidak dipengaruhi oleh pengeringan contoh. Namun pengeringan menurunkan kualitas data penciri klasifikasi. Dengan demikian kelembaban contoh tanah yang lebih tepat untuk persiapan analisis labolatorium adalah lembab lapang, kecuali untuk C-organik lebih baik kering udara. Contoh lembab tanah bersifat vertik dapat dipersiapkan dari contoh kering udara yang telah diayak sesuai kebutuhan dan selanjutnya dilembabkan dengan inkubasi kira-kira satu minggu.( Djunaedi, 1992).
Al-dd merupakan unsur yang sering dijumpai dalam tanah dan sangat menentukan kualitas tanah, karena ketersediaan unsur ini berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman dengan cara berinteraksi meracuni perakaran, khususnya tanah masam yang erat hubungannya dengan persentase ion H+ dan Al3+ yang dipertukarkan karena Aluminium merupakan sumber keasaman yang sangat penting. Dengan persentase Al-dd yang tinggi berarti menunjukkan tingkat kemasaman suatu jenis tanah. Semakin masam suatu tanah, berarti pHnya menurun sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah semakin menurun karena kemampuan unsur Al untuk mengikat unsure P membentuk Al-P yang tidak tersedia dan tidak dapat diserap oleh akar tanaman.

BAB II
Alat dan Bahan
1.     Alat

Alat-Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
·         Pipet Tetes
·         Erlenmeyer,Tabung
·         Botol Kocok
·         Kertas Saring,Saringan
·         Serbet
·         Dll



2.     Bahan

Bahan-Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
·         Tanah
·         NaOH
·         HCl
·         NaF
·         Indikator PP
·         Aquades
·         Dls


CARA KERJA:

1.      Memasukkan 5 gr tanah yang telah ditimbang sebelumnya  kedalam erlenmeyer 250 ml yang telah disiapkan,setelah itu
2.      Ditambahkan 50 ml,1 N HCl,lalu menutup erlenmeyer dengan plastik dan dikocok selama 15 menit
3.      Melakukan penyaringan dengan kertas saring,lalu ditampung kedalam tabung atau erlenmeyer
4.      Kemudian di pipet hasil saringan 25 N kedalam erlenmeyer dan ditambah dengan 5 tetes indikator PP.
5.      Lalu titer dengan 0,1 N           NaOH sampai menghasilkan warna merah muda,sembari mencatat NaOH yang terpakai
6.      Menambahkan 0,1 ml N HCL kira-kira 1 tetes,sehingga warna merah terulang
7.      Kemudian menambahkan 10 ml 4% NaF yang akan mengakibatkan warna merah akan timbul kembali.
8.      Setelah itu Titer dengan 0,1 N HCL sampai warna merah hilang kembali,dan mencatat HCL yang terpakai.




BAB III
Hasil dan Pembahasan

§  Hasil
Kelompok
Hasil Analisis Al-dd dan H-dd
ml NaOH
ml HCL
Al-dd ml/100 gr
H-dd ml/100 gr
Kelompok  1
3,2
2,8-
1,070048
0,082208
Kelompok 2
2,9
2,4
0,917184
0,127048
Kelompok 3
2,8
2.5
0,9554
0,052024
Kelompok 4
2,8
2,3
0,878968
0,129256
Konsentrasi NaOH    = 0,009002 N
Konsentrasi HCl        = 0,009554 N

§  Pembahasan
Ml H-dd/100 gr = (ml NaOH x M NaOH)=(ml HCl x N HCl) x 40
Ml AL-dd/100 gr = (ml HCl x N HCl)





Kelompok  1
 
1. ml Al-dd/100 gr      = (ml HCL x N HCL) x 40
= (2,8 x 0,009554) x40
                                                            = 0,0267512 x 40
                                                            = 1,070048 ml/100 gr
                          2. ml H-dd/100 gr     = (ml NaOH x N NaOH) - (ml HCL x N HCL) x 40
= (3,2 x 0,009002) - (2,8 x 0,009554) x 40
= (0,0288064 - 0,0267512) x 40
= 0,0020552 x 40
= 0,082208 ml/100 gr
Kelompok  2

1. ml Al-dd/100 gr      = (ml HCL x N HCL) x 40
= (2,4 x 0,009554) x40
                                                            = 0,0229296 x 40
                                                            = 0,917184 ml/100 gr
                          2. ml H-dd/100 gr     = (ml NaOH x N NaOH) - (ml HCL x N HCL) x 40
= (2,9 x 0,009002) - (2,4 x 0,009554) x 40
= (0,0261058 - 0,0229296) x 40
= 0,0031762 x 40
= 0,127048 ml/100 gr
Kelompok  3

1. ml Al-dd/100 gr      = (ml HCL x N HCL) x 40
= (2,5 x 0,009554) x40
                                                            = 0,023885 x 40
                                                            = 0,9554 ml/100 gr
                          2. ml H-dd/100 gr     = (ml NaOH x N NaOH) - (ml HCL x N HCL) x 40
= (2,8 x 0,009002) - (2,5 x 0,009554) x 40
= (0,0252056 - 0,023885) x 40
= 0,0013206 x 40
= 0,052024 ml/100 gr
Kelompok  4

1. ml Al-dd/100 gr      = (ml HCL x N HCL) x 40
= (2,3 x 0,009554) x40
                                                            = 0,0219742x 40
                                                            = 0,878968 ml/100 gr

                          2. ml H-dd/100 gr     = (ml NaOH x N NaOH) - (ml HCL x N HCL) x 40
= (2,8 x 0,009002) - (2,5 x 0,009554) x 40
= (0,0252056 - 0,0219742) x 40
= 0,032314 x 40
= 0,129256 ml/100 gr

Kesimpulan

     Kegiatan praktikum ke ini mengenai penetapan kadar Al-dd dan H-dd dari tanah sampel yang diambil dari kebun percobaan Universitas Jambi, Mendalo - Muaro Jambi adalah mahasiswa dapat menganalisis penetapan Al-dd dan H-dd tanah dari sampel yang diambil dari lapangan dengan menggunakan alat yang tersedia di laboratorium dan dengan menambahkan 10 ml 4% NaF timbul kembali warna merah muda yang menandakan bahwa tanah sampel yang di analisis mengandung Al dan begitu juga analisis H-dd.



Daftar Pustaka

1.      Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akapres : Jakarta.
2.      Achmad H. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung, PT Citra Aditya Bakti.
4.      Hardjowigeno.Sarwo.2010.ilmu Tanah.jakarta:Akapres
5.      LaporanPraktikumpertanian. Blogspot. Com tgl 15 Oktober 2011